Pasar Setan Gunung Lawu: Antara Halusinasi atau Dunia Lain?

Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu gunung yang menyimpan berbagai cerita mistis. Selain sebagai tempat favorit para pendaki, Lawu juga sarat dengan kisah spiritual, mitos, dan kejadian-kejadian tak masuk akal. Salah satu cerita paling terkenal dan masih sering diperbincangkan hingga kini adalah fenomena Pasar Setan.

Fenomena ini disebut-sebut terjadi di jalur pendakian Gunung Lawu, khususnya di jalur Candi Cetho dan Hargo Dalem. Beberapa pendaki mengaku pernah mengalami hal-hal aneh di suatu titik perjalanan, mulai dari mendengar suara ramai seperti pasar, suara tawa-tawa orang, suara gamelan, hingga melihat kerumunan bayangan yang menyerupai aktivitas jual-beli.

Namun saat diperiksa, tempat tersebut ternyata sepi dan sunyi senyap. Apakah ini sekadar halusinasi akibat kelelahan, atau benar-benar “pasar” dari dunia lain? Kisah tentang Pasar Setan bukanlah cerita baru. Sudah banyak pendaki yang menceritakan pengalaman serupa. Salah satunya adalah Dedi (28), seorang pendaki asal Solo.

Ia menceritakan bahwa saat mendaki lewat jalur Cetho, ia dan rombongannya mendengar suara seperti orang-orang berbicara, lengkap dengan suara gamelan tradisional di kejauhan. “Waktu itu sekitar jam 2 pagi, kami pikir ada kelompok lain sedang camping atau mengadakan acara. Tapi saat kami sampai di lokasi itu, tidak ada siapa-siapa. Hanya pohon dan kabut,” ujarnya.

Pengalaman serupa juga dialami oleh Lia (24), pendaki asal Semarang. Ia bahkan mengaku sempat ditawari ‘dagangan’ oleh seseorang bersorban yang muncul tiba-tiba dari balik kabut. “Saya sempat mendengar ada yang bilang, ‘Mau beli apa, Nduk?’ Saya refleks menjawab, ‘Nggak, terima kasih.’ Setelah itu, sosok itu menghilang begitu saja,” cerita Lia.

Pasar Setan Gunung Lawu

Istilah “Pasar Setan” muncul dari pengalaman-pengalaman tak wajar yang dialami para pendaki. Meskipun tidak ada catatan pasti mengenai asal-usulnya, masyarakat sekitar Gunung Lawu sudah sejak lama mengenal tempat tersebut sebagai wilayah yang “tidak kasat mata” atau berada di “dua dunia”.

Menurut kepercayaan lokal, Pasar Setan adalah tempat berkumpulnya makhluk halus atau roh-roh penasaran yang meniru aktivitas manusia. Ada juga yang percaya bahwa pasar tersebut adalah bagian dari dunia lain yang terkadang “tersingkap” pada waktu dan kondisi tertentu, terutama saat malam hari, saat kabut turun tebal, atau ketika seseorang memiliki niat tidak baik selama pendakian.

Fenomena seperti ini tentu tidak bisa dilepaskan dari kemungkinan penjelasan logis. Beberapa pakar menyebut bahwa pengalaman “melihat” atau “mendengar” hal aneh di gunung bisa disebabkan oleh halusinasi akibat kelelahan fisik, kurang tidur, tekanan oksigen rendah di ketinggian, atau kondisi psikologis tertentu.

Baca Juga: Hilangnya Pendaki di Gunung Salak: Antara Mistis dan Realita

Dr. Seno Rachmanto, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa pendaki yang mengalami dehidrasi atau kelelahan ekstrem bisa mengalami delirium ringan, yang menyebabkan gangguan persepsi seperti mendengar suara yang tidak ada.

“Jika seseorang sudah kelelahan secara fisik dan psikis, sangat mungkin ia mengalami gangguan persepsi yang terasa nyata, padahal hanya reaksi tubuh terhadap stres,” jelasnya. Namun, bagi mereka yang percaya pada dimensi lain atau energi supranatural, fenomena seperti Pasar Setan dianggap nyata dan tidak bisa dijelaskan hanya dengan sains.

Terlepas dari percaya atau tidak, hampir semua pendaki yang pernah mendengar atau mengalami fenomena ini menyarankan satu hal yang sama: jaga sikap dan niat selama di gunung. Gunung, bagi sebagian besar masyarakat Jawa, adalah tempat yang suci dan penuh energi.

Tidak sembarang orang bisa bebas berkata kasar, bersikap sombong, atau meremehkan keberadaan makhluk halus. Banyak yang percaya bahwa makhluk halus di gunung tidak akan mengganggu jika manusia bersikap sopan dan tidak melanggar batas. Sebaliknya, mereka yang sembarangan atau memiliki niat buruk bisa mengalami kejadian yang tak diinginkan.

Salah satu juru kunci Gunung Lawu, Mbah Darmo, mengatakan bahwa pasar tersebut memang ada, tetapi hanya terlihat oleh orang-orang tertentu. “Bukan untuk ditakuti, tapi untuk dipahami bahwa alam itu luas, bukan hanya yang bisa dilihat mata,” ujarnya.

Fenomena Pasar Setan memang menambah aura mistis Gunung Lawu, tetapi tidak menyurutkan minat para pendaki. Justru banyak yang penasaran dan ingin “merasakan sendiri” pengalaman gaib tersebut. Meski demikian, para pendaki tetap diimbau untuk menjaga keselamatan dan menghormati alam.

Gunung Lawu bukan hanya tempat pendakian biasa. Selain dikenal dengan mitos dan cerita mistisnya, gunung ini juga memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat Jawa. Banyak orang melakukan semedi atau tirakat di puncaknya, terutama di area Hargo Dalem dan Hargo Dumilah.

Pasar Setan Gunung Lawu hingga kini masih menjadi misteri yang belum bisa dijelaskan secara tuntas. Apakah itu hanya halusinasi, ilusi suara, atau benar-benar sebuah portal dunia lain? Semua tergantung dari sudut pandang masing-masing. vipqiuqiu99

Yang pasti, kisah-kisah ini menjadi pengingat bahwa alam semesta tidak hanya dihuni oleh manusia, dan bahwa menghormati alam adalah kunci utama dalam setiap perjalanan, baik fisik maupun spiritual.

Related Posts

Kereta Hantu Manggarai: Penampakan dan Jalur Tak Terlihat

Stasiun Manggarai di Jakarta dikenal sebagai salah satu stasiun tersibuk di Indonesia, tempat transit ribuan penumpang setiap harinya. Namun di balik kesibukannya, stasiun ini juga menyimpan kisah misterius yang telah…

Hilangnya Pendaki di Gunung Salak: Antara Mistis dan Realita

Gunung Salak, yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat, bukanlah gunung tertinggi di Indonesia. Namun, namanya telah lama dikenal sebagai salah satu gunung yang menyimpan segudang misteri…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *