
Publik dikejutkan oleh kabar meninggalnya seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru, yang ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya nomor 105. Kematian mendadak tersebut menimbulkan berbagai spekulasi, terlebih ketika keluarga dan rekan kerja Arya mulai mengungkap adanya dugaan kejanggalan.
Kini, masyarakat bertanya-tanya: apakah kematian Arya murni karena sebab alami, atau ada sesuatu yang disembunyikan?
Arya Daru adalah diplomat muda yang tengah menanjak kariernya di Kemlu RI. Ia dikenal sebagai sosok cerdas, santun, dan berdedikasi. Arya baru saja kembali dari penugasan singkat di luar negeri dan tengah menyusun laporan strategis terkait hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara kawasan Asia Tengah.
Di mata rekan-rekannya, Arya bukan hanya berprestasi secara profesional, tetapi juga pribadi yang sehat dan aktif secara fisik. “Tidak ada tanda-tanda dia sedang sakit atau stres berat,” ujar salah satu rekannya di Kemlu.

Jenazah Arya ditemukan oleh pemilik kos yang curiga karena Arya tidak keluar kamar selama dua hari. Saat pintu dibuka dengan kunci cadangan, Arya ditemukan dalam posisi terlentang di atas tempat tidur. Tidak ada tanda kekerasan, tidak ada luka, dan ruangan tampak rapi.
Polisi dari Polsek Setiabudi yang menangani kasus ini menyatakan bahwa kematian Arya diduga akibat serangan jantung. “Hasil pemeriksaan awal menunjukkan tidak ada tanda kekerasan. Penyebab kematian diduga alami,” ujar Kapolsek Setiabudi, AKP Dedi Santosa. Namun, pernyataan tersebut justru memicu lebih banyak pertanyaan.
Pihak keluarga menolak mentah-mentah dugaan kematian alami. Ayah Arya, Drs. Darmin Sulaiman, dalam keterangan persnya menyatakan bahwa anaknya tidak memiliki riwayat penyakit jantung, bahkan rajin berolahraga. Menurut keluarga, Arya juga baru melakukan pemeriksaan kesehatan umum tiga minggu sebelum meninggal dan hasilnya dinyatakan “sangat sehat.”
Baca Juga: Ceramah Rizieq Shihab Menimbulkan Bentrok Antara FPI dan PWI LS
“Kalau memang jantung, kenapa tidak ada autopsi lengkap? Kami sebagai keluarga tidak diberi kesempatan untuk mendalami penyebab pastinya. Semua terlalu cepat,” kata Darmin.
Keluarga juga mengungkap bahwa ada beberapa barang pribadi Arya yang hilang dari kamar kosnya, termasuk sebuah laptop kerja yang biasa digunakan untuk menyusun laporan diplomatik.
Salah satu aspek mencurigakan adalah kondisi kamar nomor 105 tempat Arya ditemukan. Menurut tetangga kamar kos, satu jam sebelum polisi datang, ada seseorang yang masuk ke kamar Arya lalu keluar terburu-buru. Saat ditanya, orang tersebut mengaku sebagai “teman kantor.”
Namun, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Kemlu apakah ada pegawai yang datang ke lokasi sebelum polisi tiba. CCTV kos pun disebut mengalami “gangguan teknis” pada hari kejadian, sehingga tidak merekam aktivitas di koridor lantai kamar Arya.
Desakan dari berbagai pihak pun bermunculan. Beberapa LSM, termasuk KontraS dan ICJR, meminta agar kasus ini diusut tuntas dan tidak dianggap selesai hanya dengan dugaan serangan jantung. Ketua Komisi I DPR RI, Irwan Yusuf, juga menyatakan akan memanggil Kemlu untuk meminta klarifikasi.
“Ini menyangkut keselamatan dan integritas seorang diplomat negara. Jangan sampai ada penyimpangan yang dibiarkan. Kalau ada pihak yang mencoba menutupi, maka harus ada tindakan hukum,” tegas Irwan dalam konferensi pers di Gedung DPR.
Kemlu sendiri belum memberikan keterangan rinci. Juru bicara Kemlu hanya menyatakan belasungkawa dan menyerahkan penyelidikan sepenuhnya kepada kepolisian.
Banyak pihak kini berada di tengah antara menerima penjelasan resmi atau percaya ada hal lebih besar yang disembunyikan. Pakar kriminologi Universitas Indonesia, Prof. Widia Prakoso, menyebut bahwa dalam kasus seperti ini, penting membedakan antara fakta dan opini.
“Fakta yang tersedia saat ini adalah kematian mendadak, tidak ada luka, dan hasil pemeriksaan awal menyatakan alami. Namun, opini publik terbentuk karena tidak adanya transparansi, minimnya komunikasi resmi, dan kejanggalan seperti hilangnya barang serta tidak adanya autopsi menyeluruh,” jelasnya.
Menurutnya, untuk meredam spekulasi, langkah paling bijak adalah membuka kembali penyelidikan secara menyeluruh, dengan melibatkan tim independen.
Tagar #KeadilanUntukArya dan #Kos105 menjadi trending di berbagai platform media sosial. Banyak warganet yang menyuarakan ketidakpuasan atas penanganan kasus ini dan menuntut keterbukaan dari aparat serta Kemlu. Sebagian netizen bahkan membuat benang kronologi sendiri berdasarkan informasi yang berseliweran di media. vipqiuqiu99
Meski sebagian besar unggahan bernada simpati, tak sedikit juga yang mulai menyebarkan teori konspirasi tanpa dasar, yang dikhawatirkan dapat mengganggu penyelidikan.
Kematian Arya Daru menjadi pengingat bahwa setiap kasus yang menyangkut pejabat negara, apalagi seorang diplomat aktif, harus ditangani dengan transparansi dan kehati-hatian. Kepercayaan publik terhadap lembaga negara, termasuk polisi dan Kemlu, sangat bergantung pada cara penanganan kasus seperti ini.
Apakah kematian Arya Daru benar karena sebab alami, atau ada yang ditutup-tutupi? Saat ini, jawabannya belum jelas. Namun satu hal yang pasti: publik berhak tahu kebenaran, dan keluarga Arya berhak mendapatkan keadilan.