Hilangnya Pendaki di Gunung Salak: Antara Mistis dan Realita

Gunung Salak, yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat, bukanlah gunung tertinggi di Indonesia. Namun, namanya telah lama dikenal sebagai salah satu gunung yang menyimpan segudang misteri dan kisah menyeramkan, terutama terkait kasus hilangnya para pendaki.

Banyak yang percaya bahwa kawasan ini tidak hanya berbahaya karena kondisi geografisnya yang ekstrem, tetapi juga karena kekuatan mistis yang diyakini menjaga gunung tersebut.

Baru-baru ini, publik kembali digemparkan dengan berita hilangnya seorang pendaki bernama Andi Pratama (25), mahasiswa asal Depok yang melakukan pendakian solo ke Gunung Salak melalui jalur Cidahu.

Menurut keterangan keluarga, Andi terakhir kali mengirim pesan pada hari Sabtu pagi, mengatakan bahwa ia sudah mendekati puncak. Namun setelah itu, tidak ada kabar lagi darinya. Tim SAR gabungan, terdiri dari relawan, TNI, Polri, dan Basarnas, langsung melakukan pencarian keesokan harinya. Namun hingga hari kelima, Andi belum ditemukan.

Yang lebih aneh, sinyal ponselnya sempat aktif selama beberapa jam setelah ia dinyatakan hilang, namun lokasinya tidak terdeteksi secara jelas. Hal ini membuat banyak orang mulai mengaitkan kejadian ini dengan kisah-kisah gaib yang memang kerap terjadi di Gunung Salak.

Pendaki di Gunung Salak

Gunung Salak memiliki reputasi sebagai gunung yang “angker”. Banyak pendaki yang percaya bahwa jalur-jalur di Gunung Salak tidak hanya berliku dan penuh jurang, tetapi juga sering berubah secara misterius. Tak jarang pendaki merasa berputar-putar di tempat yang sama, tersesat meskipun sudah menggunakan GPS atau penunjuk arah.

Salah satu tempat yang paling dikenal mistis adalah Kawah Ratu. Banyak pendaki yang mengaku mendengar suara-suara aneh, bayangan hitam, hingga tiba-tiba merasa “dipanggil” masuk ke dalam hutan. Warga setempat juga meyakini bahwa Gunung Salak dijaga oleh makhluk tak kasat mata yang bisa menyesatkan orang-orang yang tidak sopan atau memiliki niat buruk.

Bahkan, ada pantangan-pantangan yang harus dihindari jika ingin aman mendaki gunung ini, seperti tidak berkata kasar, tidak mengambil apapun dari hutan, serta tidak memisahkan diri dari rombongan.

Selain pendaki yang hilang, Gunung Salak juga dikenal sebagai lokasi banyaknya kecelakaan pesawat. Salah satu yang paling tragis adalah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada tahun 2012, yang menewaskan seluruh penumpangnya. Banyak kalangan mengaitkan tragedi tersebut dengan aura negatif Gunung Salak.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tercatat puluhan kasus pendaki hilang, tersesat, hingga meninggal dunia di gunung ini. Beberapa di antaranya berhasil ditemukan selamat setelah berhari-hari hilang tanpa jejak, namun tidak sedikit juga yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di tempat-tempat yang sulit dijangkau.

Di sisi lain, banyak pihak menilai bahwa kejadian hilangnya pendaki lebih disebabkan oleh faktor alam dan kurangnya persiapan. Gunung Salak memiliki medan yang curam, licin, dan tertutup vegetasi lebat. Kabut tebal yang tiba-tiba turun bisa mengurangi jarak pandang secara drastis dan membuat pendaki kehilangan orientasi arah.

Menurut Badan SAR Nasional, banyak pendaki yang nekat mendaki tanpa pemandu, minim peralatan, dan tidak mempelajari rute terlebih dahulu. Beberapa kasus juga terjadi karena pendaki tidak melapor ke posko pendakian, sehingga menyulitkan proses pencarian saat terjadi sesuatu.

Psikolog juga menyebut adanya kemungkinan gangguan mental seperti halusinasi karena kelelahan atau kelaparan yang bisa membuat pendaki merasa “dipanggil” atau “melihat sesuatu” yang sebenarnya tidak ada.

Kepercayaan akan kekuatan gaib di Gunung Salak memang tidak bisa diabaikan. Bagi sebagian masyarakat, ini adalah bagian dari warisan budaya dan spiritual yang harus dihormati. Namun demikian, yang terpenting adalah tetap menjaga sikap dan memperhatikan keselamatan saat melakukan aktivitas di alam bebas.

Suhendar, seorang juru kunci Gunung Salak, mengatakan bahwa gunung adalah tempat yang sakral. “Kita harus tahu diri. Jangan sembarangan bicara atau berbuat. Alam itu punya energi, dan kalau kita tidak sopan, kita bisa ‘ditegur’ dengan cara yang tidak kita duga,” ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, pencarian terhadap Andi Pratama masih terus dilakukan. Pihak keluarga berharap agar Andi bisa ditemukan dalam keadaan selamat. “Kami mohon doa dari semua pihak. Kami juga percaya bahwa anak kami adalah orang yang kuat dan tahu bagaimana bertahan. Kami tetap berharap yang terbaik,” ujar ayah Andi kepada wartawan. qiuqiu99

Peristiwa ini kembali menjadi pengingat bagi siapa saja yang hendak mendaki Gunung Salak atau gunung lainnya, agar selalu mempersiapkan diri dengan matang dan tidak mengabaikan hal-hal yang dianggap remeh. Alam bukan hanya tempat wisata, tapi juga ruang yang harus dihormati.

Related Posts

Kereta Hantu Manggarai: Penampakan dan Jalur Tak Terlihat

Stasiun Manggarai di Jakarta dikenal sebagai salah satu stasiun tersibuk di Indonesia, tempat transit ribuan penumpang setiap harinya. Namun di balik kesibukannya, stasiun ini juga menyimpan kisah misterius yang telah…

Pasar Setan Gunung Lawu: Antara Halusinasi atau Dunia Lain?

Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu gunung yang menyimpan berbagai cerita mistis. Selain sebagai tempat favorit para pendaki, Lawu juga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *