
Pemerintah Rusia menyatakan kesiapannya untuk memperkuat kerja sama bilateral dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di berbagai bidang strategis, termasuk ekonomi, militer, dan politik. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam kunjungan resmi delegasi Rusia ke Pyongyang pekan ini.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa hubungan kedua negara terus berkembang, di tengah situasi geopolitik dunia yang semakin dinamis, terutama menyusul ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat akibat konflik di Ukraina.
Kunjungan pejabat tinggi Rusia ke Korea Utara dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, yang disambut langsung oleh pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara membahas peluang kerja sama lebih lanjut dalam bidang:
- Perdagangan dan ekonomi
- Energi dan infrastruktur
- Kerja sama pertahanan dan militer
- Ilmu pengetahuan dan teknologi
Menurut laporan media pemerintah Rusia, Presiden Putin bahkan telah mengirimkan surat pribadi kepada Kim Jong-un yang berisi komitmen Rusia untuk membangun kemitraan strategis jangka panjang dengan Korea Utara.
“Rusia dan Korea Utara memiliki sejarah panjang dalam menjalin hubungan yang saling menghormati. Kini saatnya mempererat kerja sama untuk menghadapi tantangan global bersama,” ujar Lavrov dalam konferensi pers.
Rusia dan Korea Utara memang memiliki hubungan diplomatik yang kuat sejak era Perang Dingin. Keduanya sama-sama menghadapi sanksi dan tekanan internasional, terutama dari negara-negara Barat dan aliansi NATO.

Kerja sama ini dinilai sebagai bentuk solidaritas politik dan langkah untuk memperkuat posisi masing-masing di panggung global. Korea Utara, yang masih berada dalam isolasi ekonomi akibat sanksi internasional, melihat Rusia sebagai mitra strategis yang bisa memberikan akses teknologi, energi, dan pangan.
Sementara itu, Rusia memandang Korea Utara sebagai sekutu potensial di kawasan Asia Timur, yang bisa menambah pengaruh geopolitik Moskow di wilayah tersebut.
Pernyataan kesiapan Rusia untuk memperkuat hubungan dengan Korea Utara tentu menarik perhatian dunia internasional. Beberapa negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya di Asia seperti Korea Selatan dan Jepang, menyatakan kekhawatiran atas kemungkinan kerja sama militer antara kedua negara.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Luar Negeri menyebut bahwa pihaknya akan memantau dengan ketat perkembangan kerja sama ini, terutama jika ada indikasi pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang bantuan militer ke Korea Utara.
“Kami berharap Rusia tetap mematuhi komitmen internasionalnya dan tidak memperburuk situasi di kawasan Semenanjung Korea,” ujar juru bicara Gedung Putih.
Di luar isu militer, kerja sama Rusia dan Korea Utara juga mencakup bidang ekonomi yang dianggap penting bagi kedua negara. Salah satu pembahasan utama adalah kemungkinan Rusia menyalurkan bantuan pangan dan energi kepada Korea Utara, yang selama ini mengalami kekurangan karena sanksi dan bencana alam.
Sebagai imbalannya, Korea Utara disebut bersedia meningkatkan ekspor tenaga kerja dan komoditas tertentu ke Rusia. Meski demikian, kerja sama ini masih dalam tahap penjajakan dan akan disesuaikan dengan peraturan internasional yang berlaku.
Langkah Rusia untuk mempererat hubungan dengan Korea Utara merupakan bagian dari strategi global menghadapi isolasi dan tekanan dari negara-negara Barat. Hubungan ini berpotensi mengubah peta geopolitik, khususnya di Asia Timur, dan memunculkan dinamika baru dalam hubungan antarnegara besar. vipqiuqiu99
Meski kerja sama ini masih dalam tahap awal, sinyal yang diberikan Rusia cukup jelas: mereka siap membuka babak baru dalam hubungan bilateral dengan Korea Utara, baik di bidang ekonomi maupun pertahanan.
Dunia kini menanti langkah konkret berikutnya, sambil tetap mewaspadai potensi dampak dari kolaborasi dua negara yang sama-sama menjadi sorotan dunia.