
Israel Serang Lebanon, ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat tajam setelah militer Israel meluncurkan serangan udara ke wilayah Lebanon selatan, yang diklaim sebagai basis produksi rudal milik kelompok bersenjata Hizbullah. Serangan ini memicu kecaman dari pemerintah Lebanon dan memperburuk ketegangan antara kedua negara yang telah lama bermusuhan.
Serangan udara dilakukan pada Rabu dini hari waktu setempat dan menargetkan beberapa lokasi yang disebut sebagai fasilitas logistik dan perakitan rudal presisi milik Hizbullah di wilayah Nabatieh dan Baalbek. Militer Israel menyatakan bahwa operasi ini merupakan “langkah pre-emptive” guna mencegah peningkatan kekuatan militer Hizbullah di perbatasan utara Israel.
Dalam pernyataan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk “mengganggu dan menunda pengembangan sistem rudal presisi Hizbullah yang mengancam keamanan nasional Israel.” Juru bicara IDF, Letnan Kolonel Jonathan Conricus, mengatakan bahwa Hizbullah telah mempercepat produksi rudal dengan bantuan teknologi dari Iran.
“Operasi ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan korban sipil. Target kami jelas: fasilitas produksi rudal dan gudang logistik milik kelompok teroris,” ujarnya. Menurut IDF, serangan tersebut berhasil menghancurkan beberapa gudang amunisi dan peralatan sensitif yang digunakan untuk merakit rudal jarak menengah.
Di sisi lain, Hizbullah mengutuk keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “agresi terang-terangan terhadap kedaulatan Lebanon.” Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh saluran televisi Al-Manar, kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon itu berjanji akan membalas dengan “cara dan waktu yang tepat.”

“Israel telah melanggar garis merah. Balasan akan datang,” kata juru bicara militer Hizbullah, menambahkan bahwa beberapa anggotanya gugur dalam serangan tersebut, namun tidak merinci jumlah korban.
Sumber lokal di Lebanon menyebutkan bahwa beberapa ledakan besar terdengar di wilayah selatan dan timur Lebanon pada dini hari, menyebabkan kepanikan warga sipil. Sejumlah rumah dan fasilitas sipil di dekat target juga dilaporkan rusak akibat gelombang kejut.
Menanggapi eskalasi ini, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menyatakan bahwa pemerintahnya akan mengajukan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB atas pelanggaran wilayah udara dan serangan militer oleh Israel.
Baca Juga: Warga Gaza Palestina Krisis Kelaparan, Israel Buka Jalur Pintu Bantuan
“Ini adalah pelanggaran serius terhadap kedaulatan Lebanon dan hukum internasional. Kami tidak akan diam,” ujarnya dalam konferensi pers di Beirut. Menteri Luar Negeri Lebanon juga telah menghubungi mitranya di sejumlah negara sahabat, termasuk Prancis dan Rusia, untuk meminta intervensi diplomatik guna mencegah konflik terbuka.
Israel serang lebanon dan Hizbullah secara teknis masih dalam kondisi perang sejak konflik besar pada tahun 2006 yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, sebagian besar warga sipil Lebanon. Sejak saat itu, kedua pihak kerap terlibat dalam bentrokan kecil dan saling tuding soal pelanggaran perbatasan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Israel semakin gencar melakukan serangan preventif di wilayah Suriah dan Lebanon guna mencegah pengiriman senjata canggih dari Iran ke Hizbullah. Menurut Israel, kelompok tersebut kini memiliki lebih dari 150.000 rudal, termasuk rudal presisi yang dapat mencapai Tel Aviv dan Haifa.
Israel serang Lebanon memicu reaksi beragam dari komunitas internasional. Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menyatakan mendukung “hak Israel untuk mempertahankan diri,” namun juga meminta semua pihak menahan diri agar tidak terjadi eskalasi konflik yang lebih luas.
Sementara itu, Rusia dan Iran mengecam keras tindakan militer Israel. Iran, sebagai pendukung utama Hizbullah, menyebut serangan tersebut sebagai “provokasi yang disengaja dan tindakan teroris negara.” Uni Eropa juga menyatakan keprihatinan mendalam dan menyerukan penyelidikan independen serta dialog damai antara pihak-pihak terkait.
Di tengah konflik ini, warga sipil kembali menjadi pihak yang paling menderita. Organisasi kemanusiaan di Lebanon melaporkan bahwa lebih dari 200 warga mengungsi akibat serangan udara, dan beberapa desa di sekitar lokasi ledakan kini kekurangan akses listrik dan air bersih.
Seorang warga Baalbek, Salim Hassan, mengatakan kepada media lokal bahwa rumahnya rusak parah karena ledakan. “Kami tidak tahu harus ke mana. Anak-anak trauma, dan kami takut akan ada serangan susulan,” katanya dengan suara bergetar. vipqiuqiu99
Dengan meningkatnya aksi militer dan retorika balasan dari Hizbullah, banyak analis khawatir bahwa kawasan Timur Tengah kembali berada di ambang perang terbuka. Beberapa pengamat menilai bahwa konflik ini bisa meluas jika tidak segera diredam oleh kekuatan regional dan internasional.
“Jika Israel dan Hizbullah terus saling balas, bukan tidak mungkin kita akan melihat konflik berskala besar yang bisa melibatkan aktor lain seperti Iran dan Suriah,” kata analis Timur Tengah dari CSIS, Dalia Rahbani.
Israel serang Lebanon kali ini menunjukkan bahwa meski dunia tengah fokus pada isu-isu global lainnya, ketegangan di Timur Tengah belum sepenuhnya mereda. Dengan kedua pihak yang sama-sama keras kepala dan saling mengancam, dunia hanya bisa berharap diplomasi masih punya tempat sebelum bom-bom berikutnya kembali jatuh.