
Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak Rubela kini terjadi di 12 kabupaten/kota di Sumatera Utara, berdasarkan data surveilans hingga saat ini. Dengan total 1.191 kasus suspek, dari angka itu ada 362 kasus positif campak dan 10 kasus rubela, sejalan dengan tren meningkatnya kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, berikut sebaran 12 wilayah dengan status KLB:
- Medan: 159 kasus positif campak
- Deli Serdang: 101 kasus
- Tebing Tinggi: 16 kasus
- Tapanuli Selatan: 9 kasus
- Dairi: 7 kasus
- Padanglawas: 7 kasus
- Tapanuli Tengah: 6 kasus
- Samosir: 4 kasus
- Padanglawas Utara: 3 kasus
- Mandailing Natal: 3 kasus
- Binjai: 2 kasus
- Pematang Siantar: 2 kasus
Secara keseluruhan, kasus campak di Sumut jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Di Medan sendiri tercatat 127 kasus campak pada Januari–Mei 2025, naik dari 104 kasus di periode yang sama tahun 2024.
Salah satu penyebab utama merebaknya KLB ini adalah rendahnya cakupan imunisasi. Di Sumut, imunisasi dasar lengkap (IDL) hanya mencapai 38,66% dari target 58% hingga saat ini.

Lebih dari 56% kasus campak dilaporkan terjadi pada anak-anak yang belum menerima vaksin MR Campak Rubela sama sekali. Faktor lain adalah banyak informasi keliru dan kekhawatiran terkait vaksin di masyarakat.
Campak Rubela merupakan penyakit menular melalui udara yang umumnya menyerang anak-anak berisiko tinggi mengalami komplikasi serius seperti diare berat, pneumonia, hingga gangguan gizi. Berdasarkan data Dinkes Sumut, mayoritas korban berusia 1–9 tahun.
Baca Juga: Kasus Kematian Arya Daru Ada Kejanggalan, Fakta atau Opini ?
Meski angka rubela relatif kecil (10 kasus), penyebaran campak yang sudah mencapai ratusan kasus membuat ranah ancaman serius bagi anak-anak tak kebal.
Dinas Kesehatan merespons cepat dengan beberapa langkah penanganan:
- Penyelidikan Epidemiologi (PE): pelacakan kontak erat di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat umum.
- Koordinasi lintas sektor: melibatkan sekolah, pemerintah daerah, tokoh masyarakat dalam penyebarluasan informasi dan pelaksanaan imunisasi cepat.
- Outbreak Response Immunization (ORI): imunisasi massal khusus untuk merespons KLB.
- Program “Lemang” (Lengkapi Imunisasi Seminggu): imunisasi intensif selama satu minggu serentak di seluruh kabupaten/kota, terbukti meningkatkan cakupan hingga 8% dalam waktu satu minggu.
Pihak Dinas juga mengimbau puskesmas, rumah sakit, serta media untuk memperkuat deteksi dan penanganan kasus. Tokoh pendidikan dan masyarakat diharapkan turut menyuarakan pentingnya imunisasi kepada keluarga dan anak-anak.
Program imunisasi tidak boleh terganggu oleh hoaks dan ketakutan. Jika anak tidak kebal, maka ia berpotensi menjadi mata rantai penyebaran penyakit PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
Pengamat kesehatan masyarakat menyepakati bahwa krisis ini bukan hanya soal vaksin, tetapi soal literasi kesehatan. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat imunisasi dan kekhawatiran hoaks pada vaksin menjadi penyebab utama menurunnya keikutsertaan dalam program imunisasi nasional.
Inisiatif edukasi di sekolah, media, dan posyandu sangat dibutuhkan untuk membangun kesadaran. Keberhasilan program imunisasi sangat dipengaruhi oleh dukungankolektif dari pemerintah, masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, hingga media massa.
Diharapkan dengan pelaksanaan imunisasi ORI, program Lemang, dan edukasi intensif, Sumatera Utara bisa kembali ke jalur eliminasi campak–rubela sesuai target nasional. Penanganan cepat terhadap KLB, termasuk respons lapangan aktif dari puskesmas dan rumah sakit, akan menekan potensi perluasan wabah ke wilayah lain. vipqiuqiu99
Program imunisasi yang tepat waktu, lengkap dan merata, menjadi kunci utama dalam menyelamatkan generasi muda dari ancaman penyakit yang sebenarnya dapat dicegah ini.