
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan tawaran hadiah senilai USD 50 juta atau setara Rp814 miliar bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Langkah ini diumumkan langsung oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai bagian dari upaya memperkuat tekanan terhadap pemerintahan Maduro, yang selama ini dituduh terlibat dalam berbagai tindak kejahatan, termasuk korupsi dan perdagangan narkotika.
AS menuding Maduro terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba internasional yang mereka sebut sebagai “Kartel Matahari” (Cartel de los Soles). Kartel ini diduga mengirimkan puluhan ton kokain dari Venezuela ke Amerika Utara selama bertahun-tahun.
Jaksa Agung AS, Merrick Garland, mengatakan bahwa bukti yang dimiliki cukup kuat untuk menjerat Maduro di pengadilan internasional. “Maduro telah mengkhianati rakyat Venezuela dan menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri serta melindungi jaringan kriminal,” ujar Garland dalam pernyataannya,
Selain perdagangan narkoba, Maduro juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penindasan terhadap oposisi politik, pembatasan kebebasan pers, dan penahanan aktivis prodemokrasi.
Hubungan AS dan Venezuela telah memburuk sejak era Presiden Hugo Chávez, mentor politik Maduro. Ketegangan semakin memanas setelah Maduro terpilih pada 2013 dan memenangkan kembali jabatan presiden pada 2018 dalam pemilu yang dianggap AS dan sejumlah negara Barat tidak sah karena diduga penuh kecurangan.

Sebagai respon, AS menjatuhkan sanksi ekonomi berat terhadap Venezuela, membekukan aset negara tersebut di luar negeri, serta melarang perusahaan Amerika bertransaksi dengan entitas milik pemerintah Venezuela.
Pada 2020, AS pertama kali mengumumkan hadiah USD 15 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro. Kini, angka tersebut meningkat drastis menjadi USD 50 juta sebagai bagian dari strategi “tekanan maksimum”.
Pemerintah Venezuela mengecam keras pengumuman AS ini. Menteri Luar Negeri Venezuela, Yván Gil, menyebut tawaran hadiah tersebut sebagai “provokasi politik yang terang-terangan” dan bentuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Venezuela.
Baca Juga: Israel Serang Lebanon Targetkan Produksi Rudal Hizbullah
“AS sekali lagi menunjukkan wajah imperialismenya. Mereka tidak punya hak untuk mengejar atau mengadili presiden sah dari negara berdaulat,” kata Gil melalui siaran televisi nasional. Maduro sendiri menanggapi dengan santai, menyebut langkah AS sebagai “aksi putus asa” karena gagal menggulingkan pemerintahannya lewat sanksi dan tekanan diplomatik.
Sikap AS terhadap Maduro mendapat dukungan dari beberapa negara Barat, seperti Kanada, Inggris, dan Uni Eropa, yang sebelumnya juga menjatuhkan sanksi kepada pejabat tinggi Venezuela. Namun, negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Kuba justru menyatakan dukungan terhadap Maduro dan menuduh AS berusaha melakukan perubahan rezim secara paksa.
Pengamat politik Amerika Latin, Dr. Alejandro Torres, menilai langkah AS ini akan semakin memecah opini internasional. “Bagi pendukung demokrasi di Venezuela, tawaran hadiah ini adalah peluang untuk mempercepat perubahan pemerintahan. Namun bagi negara-negara yang mendukung Maduro, ini adalah bukti agresi politik Amerika Serikat,” ujarnya.
Di dalam negeri, pengumuman ini memperkuat polarisasi antara pendukung dan penentang Maduro. Kelompok oposisi yang selama ini lemah karena tekanan pemerintah, melihat langkah AS sebagai kesempatan untuk meningkatkan tekanan publik terhadap Maduro.
Namun, di sisi lain, pemerintah Venezuela memanfaatkan isu ini untuk membangkitkan sentimen nasionalisme, menggambarkan Maduro sebagai korban konspirasi asing.
Ekonom Venezuela, Maria Fernanda Ruiz, memperingatkan bahwa ketegangan politik yang meningkat bisa memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut, yang saat ini sudah mengalami hiperinflasi, kelangkaan bahan pangan, dan arus besar migrasi warganya ke luar negeri.
Walaupun AS menawarkan hadiah besar, penangkapan seorang presiden yang masih menjabat tidaklah mudah, apalagi jika berada di wilayah negaranya sendiri. Untuk menangkap Maduro, dibutuhkan dukungan dari pihak dalam Venezuela atau kemungkinan operasi internasional, yang berisiko memicu konflik bersenjata.
Amerika Serikat sendiri belum memberikan rincian apakah akan melakukan operasi langsung atau hanya menunggu informasi dari pihak ketiga. Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa Maduro akan bepergian ke luar negeri ke wilayah yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS.
Tawaran hadiah Rp814 miliar dari AS untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Nicolás Maduro menjadi babak baru dalam ketegangan panjang antara Washington dan Caracas.
Bagi Amerika Serikat, langkah ini adalah bagian dari upaya menegakkan hukum internasional dan melindungi wilayahnya dari perdagangan narkoba. Bagi Venezuela, ini adalah bentuk intervensi yang tidak sah terhadap kedaulatan negara. vipqiuqiu99
Apakah langkah ini akan mempercepat berakhirnya pemerintahan Maduro atau justru memperkuat posisinya di dalam negeri, akan sangat bergantung pada dinamika politik dan respons komunitas internasional dalam beberapa bulan ke depan.