Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach Dinonaktifkan NasDem dari DPR RI

Partai NasDem resmi mengambil langkah tegas terhadap dua kadernya yang juga anggota DPR RI, Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach. Keduanya dinonaktifkan dari keanggotaan fraksi DPR setelah munculnya kontroversi terkait keikutsertaan dalam aksi unjuk rasa yang digelar di depan Gedung DPR RI beberapa waktu lalu.

Keputusan ini diumumkan langsung oleh Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Hermawi Taslim, dalam konferensi pers di kantor DPP NasDem, Jakarta, Minggu (31/8). Menurutnya, langkah tersebut diambil sebagai bentuk komitmen partai dalam menjaga disiplin kader, sekaligus merespons dinamika politik yang berkembang.

Ahmad Syahroni, anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta, dan Nafa Urbach, artis sekaligus legislator dari daerah pemilihan Jawa Tengah, menjadi sorotan setelah terekam hadir dalam unjuk rasa yang berlangsung ricuh di depan DPR pada 25 Agustus lalu.

Kehadiran keduanya dalam aksi tersebut menuai pro-kontra. Sebagian pihak menilai tindakan itu sebagai bentuk solidaritas terhadap aspirasi rakyat, namun ada pula yang menilai hal tersebut bertentangan dengan etika dan tanggung jawab seorang legislator.

Hermawi Taslim menegaskan bahwa partai menghargai kebebasan berpendapat setiap kader. Namun, ketika seseorang telah menduduki jabatan publik melalui partai, ada aturan main yang harus dipatuhi.

Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach

“NasDem tidak melarang kader menyuarakan aspirasi rakyat. Tapi cara yang dipilih harus sesuai mekanisme kelembagaan, bukan dengan ikut aksi di jalan. Karena itu, DPP memutuskan menonaktifkan sementara saudara Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach dari keanggotaan DPR,” kata Hermawi.

Dinonaktifkannya dua anggota DPR tersebut bukan berarti mereka langsung kehilangan status sebagai wakil rakyat. Hermawi menjelaskan, status mereka saat ini adalah nonaktif sementara sampai adanya keputusan final dari Mahkamah Partai NasDem.

Dalam periode nonaktif, baik Syahroni maupun Nafa tidak diperkenankan menjalankan fungsi legislasi, anggaran, maupun pengawasan di DPR atas nama fraksi NasDem. Mereka juga tidak diizinkan menggunakan fasilitas partai untuk kepentingan politik.

“Ini adalah bentuk cooling down agar tidak ada kegaduhan lebih jauh. Kita akan menunggu hasil pemeriksaan internal. Jika terbukti melanggar kode etik partai, maka konsekuensi terberat adalah pergantian antarwaktu (PAW),” ujar Hermawi.

Baca Juga: Eko Patrio dan Uya Kuya Dinonaktifkan PAN dari DPR

Menanggapi keputusan tersebut, Ahmad Syahroni mengaku menghormati sikap partai, meski merasa tindakannya murni karena panggilan hati. Ia menilai, sebagai wakil rakyat, ia tidak bisa menutup mata terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat.

“Saya hadir dalam aksi itu bukan untuk melawan partai, tapi untuk mendengar langsung suara rakyat. Jika itu dianggap kesalahan, saya siap jalani proses partai,” kata Syahroni dalam keterangan singkatnya.

Sementara itu, Nafa Urbach, yang baru saja terjun ke dunia politik melalui NasDem pada Pemilu 2024, mengaku kecewa dengan keputusan partai. Ia menegaskan bahwa kehadirannya di aksi 25 Agustus lalu bukan dalam kapasitas sebagai anggota DPR, melainkan sebagai pribadi yang peduli pada rakyat.

“Saya datang sebagai Nafa, bukan sebagai anggota DPR. Saya melihat ada jeritan masyarakat kecil yang perlu didengar. Namun, saya tetap menghormati mekanisme partai dan akan mengikuti proses yang ada,” ujar Nafa.

Langkah NasDem ini memicu beragam reaksi publik. Sebagian menilai keputusan tersebut tepat untuk menjaga wibawa partai di parlemen, sementara yang lain menyayangkan sikap tegas terhadap kader yang dianggap berusaha dekat dengan rakyat.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Adi Prayitno, menilai NasDem sedang mencoba menjaga citra sebagai partai yang disiplin dan modern.

“NasDem ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda dengan partai lain. Ada garis batas jelas antara aspirasi politik kader dengan mekanisme kelembagaan. Keputusan ini memang keras, tapi juga jadi sinyal konsistensi,” ujar Adi.

Namun, ia juga menambahkan bahwa NasDem perlu berhati-hati agar keputusan tersebut tidak menimbulkan kesan mengabaikan aspirasi rakyat.

Dinonaktifkannya Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach diperkirakan akan memengaruhi komposisi kerja Fraksi NasDem di DPR. Kedua legislator ini sebelumnya aktif di beberapa komisi strategis, sehingga sementara waktu posisi mereka harus diisi oleh kader lain.

Selain itu, isu ini juga diprediksi akan berdampak pada elektabilitas NasDem menjelang Pemilu 2029. Publik akan menilai apakah keputusan ini menunjukkan komitmen disiplin, atau justru memperlihatkan jarak partai dengan rakyat.

Kasus Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach menunjukkan betapa ketatnya dinamika hubungan antara partai politik dan kader di parlemen. Partai NasDem mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan keduanya, demi menjaga disiplin internal dan wibawa partai. qiuqiu99

Meski begitu, sikap ini juga menimbulkan perdebatan: apakah tindakan tersebut bentuk ketegasan atau justru mengekang kebebasan kader dalam menyuarakan aspirasi rakyat.

Kini, bola ada di tangan Mahkamah Partai NasDem yang akan memutuskan nasib akhir Ahmad Syahroni dan Nafa Urbach. Sementara itu, publik menunggu apakah keputusan ini akan memperkuat citra NasDem sebagai partai disiplin, atau justru menimbulkan simpati bagi dua kadernya yang dianggap berani berdiri bersama rakyat.

Related Posts

Presiden Prabowo Subianto Copot Budi Gunawan dari Menko Polkam

Keputusan mengejutkan datang dari Istana Negara. Presiden Prabowo Subianto secara resmi mencopot Budi Gunawan dari jabatannya sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polkam). Pergantian ini diumumkan melalui konferensi…

Eko Patrio dan Uya Kuya Dinonaktifkan PAN dari DPR

Suasana politik nasional kembali memanas setelah Partai Amanat Nasional (PAN) secara resmi mengumumkan penonaktifan dua kader sekaligus anggota DPR, yakni Eko Patrio dan Uya Kuya. Keputusan ini diambil menyusul keterlibatan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *