
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan dunia setelah kabar bahwa dirinya secara langsung menghubungi seorang menteri di Norwegia untuk membicarakan peluang meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Langkah ini memicu berbagai reaksi, mulai dari dukungan penuh para pendukungnya hingga kritik tajam dari lawan politik.
Informasi ini pertama kali dilaporkan media Norwegia. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Trump menghubungi Menteri Luar Negeri Norwegia melalui panggilan telepon pribadi untuk membicarakan pencalonannya.
Trump bukan sosok asing dalam isu Nobel Perdamaian. Pada masa jabatannya, ia pernah dinominasikan untuk penghargaan tersebut, terutama pada 2020 ketika berhasil memediasi Abraham Accords kesepakatan bersejarah antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain. Kesepakatan itu dinilai banyak pihak sebagai langkah signifikan dalam perdamaian Timur Tengah.
Meski demikian, Trump tak pernah keluar sebagai pemenang. Dalam banyak kesempatan, ia mengungkapkan rasa kecewanya karena pencapaiannya di bidang diplomasi internasional tidak diakui oleh Komite Nobel. Trump bahkan pernah menyebut bahwa prestasinya “lebih besar” dibanding beberapa pemenang Nobel sebelumnya.

Menurut sumber yang dikutip media setempat, Trump melakukan panggilan telepon ke Menteri Luar Negeri Norwegia pekan lalu. Dalam pembicaraan tersebut, ia menekankan peran pentingnya dalam mengurangi ketegangan di beberapa wilayah dunia, termasuk Timur Tengah dan Semenanjung Korea.
Meski begitu, pemerintah Norwegia menegaskan bahwa penentuan pemenang Nobel Perdamaian sepenuhnya berada di tangan Komite Nobel Norwegia yang bersifat independen. Pemerintah tidak memiliki wewenang dalam proses pemilihan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Norwegia menegaskan, “Kami menghormati proses independen Komite Nobel. Pemerintah Norwegia tidak terlibat dalam penentuan pemenang.”
Baca Juga: Amerika Serikat Hadiahkan Rp814 M Penangkap Presiden Venezuela, Maduro
Langkah Donald Trump ini memicu reaksi beragam. Pendukungnya memuji upaya tersebut sebagai bukti bahwa ia serius ingin kontribusinya diakui secara internasional. Beberapa tokoh Partai Republik bahkan menyebut Nobel Perdamaian seharusnya diberikan kepada Trump sejak masa jabatannya.
Sebaliknya, kritik datang dari lawan politiknya. Mereka menilai upaya menghubungi langsung pejabat Norwegia bisa dipandang sebagai bentuk lobi yang tidak pantas. Pengamat politik menilai bahwa Nobel Perdamaian seharusnya diraih berdasarkan pencapaian nyata, bukan karena pendekatan pribadi atau tekanan politik.
Seorang analis hubungan internasional dari Universitas Oslo, Ingrid Johansen, berpendapat, “Meskipun pencapaiannya signifikan, cara Trump melobi dapat menimbulkan kesan negatif di mata publik internasional.”
Hadiah Nobel Perdamaian dianugerahkan setiap tahun kepada individu atau organisasi yang dianggap telah berkontribusi besar bagi perdamaian dunia. Proses nominasi biasanya dilakukan oleh akademisi, diplomat, anggota parlemen, serta penerima Nobel sebelumnya.
Nominasi untuk tahun tertentu ditutup pada akhir Januari, kemudian Komite Nobel menyeleksi kandidat hingga pemenang diumumkan pada Oktober. Upacara penyerahan penghargaan dilaksanakan di Oslo, Norwegia, pada bulan Desember.
Ketua Komite Nobel, Berit Reiss-Andersen, menegaskan independensi penuh lembaganya dari pengaruh politik. “Kami menilai semua nominasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Alfred Nobel. Tidak ada pihak luar yang dapat memengaruhi hasil,” ujarnya.
Selama menjabat, kebijakan luar negeri Trump memunculkan beragam tanggapan. Ia menuai pujian karena langkah diplomatiknya di Timur Tengah dan Korea Utara, tetapi juga dikritik karena keluar dari Perjanjian Iklim Paris dan membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
Donald Trump sering membandingkan dirinya dengan penerima Nobel sebelumnya, bahkan mengklaim bahwa pencapaiannya “jauh lebih besar” dalam mengurangi konflik global. Dalam kampanye politiknya, ia berulang kali menegaskan bahwa Nobel Perdamaian akan menjadi pengakuan internasional atas keberhasilannya.
Bagi sebagian pengamat, upaya Trump mengejar Nobel Perdamaian ini bukan sekadar ambisi pribadi, tetapi juga strategi politik. Isu ini berpotensi memperkuat citra positifnya di mata pendukung, terutama menjelang pemilu presiden berikutnya di Amerika Serikat.
Namun, risiko tetap ada. Jika dianggap sebagai tindakan yang terlalu ambisius atau manipulatif, hal ini bisa memicu sentimen negatif, khususnya dari pemilih moderat dan independen.
“Trump selalu tahu cara memanfaatkan isu internasional untuk kepentingan politik domestik,” kata Peter Collins, analis politik dari Washington DC. “Pengejaran Nobel ini mungkin bukan hanya tentang penghargaan, tapi juga tentang membentuk narasi kampanye.” qiuqiu99
Donald Trump sekali lagi membuktikan dirinya sebagai tokoh yang selalu menarik perhatian dunia. Keputusan untuk menghubungi langsung pejabat Norwegia demi Nobel Perdamaian menjadi bukti kuat bahwa ia masih menganggap pencapaian diplomatiknya layak mendapat pengakuan tertinggi.
Meski hasil akhirnya masih belum pasti, langkah ini menambah babak baru dalam perjalanan politik Trump. Kini, bola ada di tangan Komite Nobel Norwegia, sementara dunia menanti untuk melihat apakah ambisi sang mantan presiden AS itu akan terwujud atau hanya menjadi bagian dari strategi politiknya.