
Setelah berbulan-bulan berada dalam kondisi kemanusiaan yang mengkhawatirkan, warga Gaza Palestina akhirnya mendapatkan secercah harapan. Pemerintah Israel secara resmi mengumumkan pembukaan kembali jalur bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, Palestina, menyusul tekanan internasional yang semakin besar akibat krisis kelaparan yang melanda warga sipil.
Langkah ini datang setelah berbagai laporan dari badan-badan kemanusiaan internasional mengungkapkan bahwa sebagian besar warga Gaza kini hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dengan akses terbatas terhadap makanan, air bersih, obat-obatan, dan layanan kesehatan dasar.
Laporan dari Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) menyebutkan bahwa lebih dari 80% warga Gaza mengalami kekurangan gizi parah. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan dalam kondisi ini. Banyak di antara mereka yang hanya makan satu kali sehari, dengan menu seadanya seperti roti kering atau nasi tanpa lauk.
“Situasi di Gaza sudah sangat kritis. Banyak anak-anak yang kehilangan berat badan secara drastis dan mengalami stunting,” ujar juru bicara WFP untuk kawasan Timur Tengah, Farah Badran.
Menurut laporan, sejumlah rumah sakit di Gaza bahkan kewalahan menangani pasien dengan kondisi gizi buruk, sementara pasokan medis juga semakin menipis. Banyak warga harus antre berjam-jam untuk mendapatkan air bersih dan makanan dari dapur umum yang masih beroperasi.
Sejumlah negara dan organisasi internasional, termasuk PBB, Uni Eropa, serta LSM kemanusiaan seperti Doctors Without Borders dan Amnesty International, terus mendesak Israel untuk membuka kembali jalur bantuan ke Gaza. Mereka menyebutkan bahwa blokade total yang dilakukan Israel sejak meningkatnya konflik tahun lalu telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi warga sipil.
Tekanan ini akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 16 Juli 2025, Pemerintah Israel secara resmi mengumumkan pembukaan kembali jalur bantuan kemanusiaan melalui perbatasan Kerem Shalom dan Erez.

“Sebagai bentuk respon terhadap kondisi kemanusiaan yang memburuk dan atas dasar kemanusiaan, kami akan mengizinkan masuknya bantuan terbatas ke wilayah Gaza,” ujar Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dalam pernyataan resminya.
Pada Selasa pagi, sejumlah truk bantuan yang membawa makanan, air bersih, susu bayi, serta obat-obatan berhasil memasuki Gaza melalui jalur Kerem Shalom. Bantuan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Palang Merah Internasional, serta pemerintah Mesir dan Yordania.
Baca Juga: Suriah Kembali Memanas, Perang Antara Suku Badui dan Druze
Di sepanjang jalanan Gaza, warga tampak berbondong-bondong menyambut masuknya truk-truk bantuan. Banyak yang meneteskan air mata haru setelah berhari-hari tak makan layak. “Saya tidak ingat kapan terakhir kali anak-anak saya makan daging. Terima kasih kepada semua pihak yang membantu,” ujar Rania (37), seorang ibu lima anak di Gaza City.
Meski bantuan sudah mulai masuk, sejumlah pihak mengingatkan bahwa distribusi masih sangat terbatas dan belum bisa mencakup seluruh wilayah Gaza Palestina, yang dihuni lebih dari dua juta jiwa. Beberapa daerah di bagian utara dan tengah Gaza masih sulit dijangkau karena infrastruktur rusak akibat perang dan pengawasan militer ketat.
Palestinian Red Crescent menyatakan mereka masih membutuhkan akses lebih luas untuk mendistribusikan bantuan secara adil dan menyeluruh. Mereka juga meminta jaminan keselamatan dari kedua belah pihak agar proses distribusi tidak terganggu oleh bentrokan militer.
Langkah Israel membuka pintu bantuan mendapat sambutan positif dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI menyatakan apresiasi terhadap keputusan tersebut dan berharap pembukaan jalur bantuan bisa berlangsung secara konsisten, bukan hanya sesaat.
“Indonesia mendesak agar bantuan kemanusiaan ke Gaza terus mengalir dan tidak dibatasi secara sepihak. Keselamatan warga sipil harus diutamakan,” ujar juru bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebut langkah ini sebagai “awal yang baik”, namun menegaskan bahwa penyelesaian konflik jangka panjang tetap menjadi hal utama.
Berbagai organisasi kemanusiaan menyerukan agar langkah pembukaan jalur bantuan ini diikuti dengan gencatan senjata dan dialog damai antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza. Mereka menekankan bahwa tanpa solusi politik, penderitaan warga Gaza akan terus berulang.
“Bantuan hanyalah solusi jangka pendek. Perdamaian adalah solusi sejati,” kata Philippe Lazzarini, Komisioner Jenderal UNRWA.
Pembukaan jalur bantuan kemanusiaan oleh Israel ke Gaza Palestina merupakan langkah penting dalam merespons krisis kelaparan yang makin memburuk. Meski masih terbatas, bantuan ini memberi harapan baru bagi jutaan warga Gaza Palestina yang selama ini terjebak dalam kondisi mengenaskan.
Namun, banyak pihak menekankan bahwa solusi jangka panjang tetap bergantung pada penyelesaian politik yang adil dan dialog damai antara kedua belah pihak. Selama konflik bersenjata terus berlangsung, penderitaan warga sipil akan sulit diakhiri. vipqiuqiu99
Kini, dunia menanti: apakah langkah kemanusiaan ini menjadi awal dari perdamaian, atau hanya jeda sementara sebelum babak baru konflik kembali muncul?