admin
Isu mengenai keterlibatan Joko Widodo (Jokowi) dalam struktur Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali mencuat ke permukaan. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI sejak Oktober 2024 lalu, Jokowi disebut-sebut memiliki peluang besar untuk menduduki posisi strategis di PSI sebagai Dewan Pembina.
Peluang tersebut terbuka lebar setelah sejumlah elite PSI menyatakan keterbukaan mereka untuk menghadirkan tokoh nasional dalam jajaran pembina partai, termasuk Jokowi yang selama ini memiliki hubungan cukup dekat dengan partai berlogo bunga mawar merah itu.
Kedekatan antara Jokowi dan PSI bukanlah hal baru. Sejak pemilihan presiden 2019, PSI sudah menunjukkan dukungan terbuka kepada Jokowi sebagai calon presiden. Bahkan dalam beberapa kesempatan, petinggi PSI secara terang-terangan menyebut Jokowi sebagai figur panutan dalam memimpin dan membangun negeri.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, dalam wawancara terbaru menyebutkan bahwa pihaknya sangat terbuka apabila Jokowi bersedia bergabung dalam struktur partai.
“Kami sangat menghormati Pak Jokowi. Jika beliau bersedia memberikan kontribusi pemikiran dan menjadi bagian dari pembina kami, itu akan menjadi kehormatan besar bagi PSI,” ujar Grace kepada media.
Sejauh ini, Joko Widodo belum memberikan pernyataan langsung terkait kemungkinan tersebut. Namun dalam beberapa kesempatan, ia tidak menutup kemungkinan untuk tetap berkontribusi dalam pembangunan bangsa, termasuk melalui jalur partai politik.
Dalam wawancaranya dengan salah satu stasiun televisi swasta bulan lalu, Jokowi menyebutkan bahwa dirinya akan tetap aktif di ranah publik meski tidak lagi menjabat sebagai kepala negara.
“Saya tidak akan berhenti bekerja untuk bangsa. Tapi tentu, jalurnya bisa berbeda. Bisa lewat organisasi, yayasan, pendidikan, atau bahkan partai politik,” ungkap Joko Widodo kala itu. Pernyataan tersebut dinilai oleh banyak pihak sebagai kode halus bahwa dirinya terbuka untuk peran-peran baru di luar pemerintahan formal.
Sejumlah kader dan pengurus PSI juga menunjukkan antusiasme mereka jika Jokowi benar-benar menjadi bagian dari struktur partai. Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, yang tak lain adalah putra bungsu Jokowi, tidak menampik bahwa peluang tersebut terbuka.
“Kalau bicara peluang, pasti ada. Tapi semua tergantung keputusan Pak Jokowi sendiri. Kami menghormati itu. PSI selalu terbuka untuk siapa pun yang ingin bekerja untuk rakyat, apalagi kalau itu ayah saya,” kata Kaesang sambil tersenyum.
Ia menegaskan bahwa kehadiran Joko Widodo akan membawa nilai tambah besar, baik dari segi pengalaman pemerintahan maupun sebagai tokoh pemersatu bangsa.
Isu ini tidak hanya menjadi perhatian internal PSI, tetapi juga partai-partai politik lain. Beberapa pihak menilai bahwa langkah Joko Widodo bergabung ke PSI bisa berdampak pada dinamika politik nasional, terutama menjelang Pemilu 2029.
Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Johnny G. Plate, menyatakan bahwa keterlibatan Jokowi dalam PSI merupakan hak politik yang sah. “Itu hak beliau sebagai warga negara. Tentu, kita semua menunggu langkah-langkah beliau berikutnya setelah tak lagi menjadi presiden,” ujarnya.
Sementara itu, politisi PDIP, partai yang selama dua periode menjadi kendaraan politik Jokowi, terlihat lebih berhati-hati. “Kami menghormati semua keputusan pribadi Pak Jokowi. Namun tentu saja, kami berharap hubungan emosional beliau dengan PDIP tetap terjaga,” ujar Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, saat dimintai tanggapan.
Menurut pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Arie Sudjito, jika Jokowi bergabung sebagai Dewan Pembina PSI, maka hal itu bisa menjadi strategi jitu untuk memperkuat posisi PSI sebagai partai muda yang tengah membangun basis elektoral.
“Dengan figur Jokowi, PSI bisa mendapatkan legitimasi publik yang lebih kuat. Apalagi pasca Pemilu 2024, PSI berhasil masuk ke parlemen dan kini ingin menunjukkan bahwa mereka bukan hanya partai anak muda, tapi juga partai dengan visi kenegaraan yang matang,” ujar Arie.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa langkah ini perlu dijalankan dengan cermat agar tidak menimbulkan kesan bahwa PSI sekadar mengandalkan popularitas. “Penting bagi PSI untuk tetap menjaga jati dirinya sebagai partai ideologis dan modern. Kehadiran Joko Widodo harus dilihat sebagai nilai tambah, bukan tumpuan utama,” tambahnya.
Keterlibatan Joko Widodo di PSI bisa membawa implikasi besar bagi peta politik nasional. Sebagai mantan presiden dengan tingkat kepuasan publik yang tinggi di akhir masa jabatannya, Jokowi masih memiliki pengaruh signifikan di berbagai kalangan.
Jika bergabung sebagai Dewan Pembina PSI, bukan tidak mungkin basis pendukung Joko Widodo akan beralih mendukung PSI dalam pemilu-pemilu mendatang. Hal ini dapat memicu pergeseran suara dari partai-partai lain, termasuk partai besar seperti PDIP dan Golkar. qiuqiu99
Meski belum ada konfirmasi resmi dari Joko Widodo, wacana keterlibatannya sebagai Dewan Pembina PSI jelas menambah dinamika baru dalam politik Indonesia. Dengan rekam jejak dan popularitas yang masih kuat, kehadiran Joko Widodo di partai politik mana pun tentu akan membawa dampak besar.
Bagi PSI, ini bisa menjadi langkah strategis untuk menegaskan posisi mereka sebagai kekuatan politik yang terus berkembang. Dan bagi publik, ini akan menjadi babak baru dalam perjalanan politik Joko Widodo, sang mantan presiden rakyat yang tampaknya belum selesai berkontribusi untuk bangsa.
