
Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, ada satu kisah horor legendaris yang tak pernah lekang oleh waktu: Misteri Hantu Jeruk Purut. Kisah ini telah menjadi bagian dari cerita urban masyarakat Jakarta selama puluhan tahun. Sosok hantu yang dipercaya sebagai pastor tanpa kepala konon sering menampakkan diri di kawasan TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Cerita ini bukan hanya populer di kalangan masyarakat setempat, tapi juga dikenal luas hingga ke seluruh Indonesia. Banyak yang penasaran, apakah kisah ini sekadar mitos, atau memang benar-benar pernah terjadi?
Cerita tentang hantu ini pertama kali mencuat sekitar tahun 1980-an. Menurut cerita yang beredar, sosok hantu tersebut adalah seorang pastor Belanda yang kehilangan kepalanya secara tragis dan dikuburkan di tempat lain. Namun, arwahnya justru gentayangan di TPU Jeruk Purut karena merasa makamnya tidak berada di tempat yang semestinya.
Yang membuat kisah ini semakin menyeramkan adalah deskripsi hantu tersebut: berpakaian jubah hitam seperti pastor, membawa kepalanya sendiri di tangan, dan berjalan sambil diikuti oleh seekor anjing besar hitam.

Kisah ini semakin populer di kalangan anak muda Jakarta pada awal tahun 2000-an. Bahkan sempat berkembang semacam “ritual uji nyali”, di mana sekelompok anak muda datang ke TPU Jeruk Purut pada malam Jumat Kliwon, berharap bisa melihat langsung penampakan sang pastor tanpa kepala.
Konon, menurut cerita urban, hantu ini hanya akan menampakkan diri jika orang yang datang berjumlah ganjil. Tak sedikit yang mengaku mengalami kejadian aneh setelah mencoba ritual tersebut, mulai dari rasa merinding, pingsan, mendengar suara aneh, hingga kehilangan kesadaran.
Popularitas kisah ini sempat mencapai puncaknya saat diangkat menjadi film berjudul “Hantu Jeruk Purut” yang dirilis pada tahun 2006. Film tersebut mencoba menggambarkan kisah urban legendaris ini ke layar lebar, dan sukses menarik perhatian penonton tanah air.
Setelah film tersebut, TPU Jeruk Purut semakin dikenal luas sebagai tempat angker dan menjadi lokasi favorit para pemburu misteri dan konten horor.
Beberapa penjaga makam dan warga sekitar TPU Jeruk Purut mengaku pernah mengalami kejadian-kejadian tak masuk akal. Ada yang mendengar langkah kaki di malam hari, suara orang menangis, hingga munculnya sosok bayangan yang tiba-tiba hilang.
“Kadang-kadang, ada pengunjung yang datang malam-malam buat uji nyali. Tapi banyak juga yang lari terbirit-birit karena katanya ‘dilihat balik’ sama sosok pastor itu,” ujar salah satu penjaga makam yang enggan disebut namanya.
Meski begitu, tidak semua warga percaya pada cerita tersebut. Sebagian menganggap itu hanyalah bagian dari mitos yang berkembang dan dibesar-besarkan dari mulut ke mulut.
Hingga kini, tidak ada bukti ilmiah atau dokumentasi resmi yang membuktikan keberadaan hantu pastor tanpa kepala di Jeruk Purut. Para peneliti budaya dan psikolog menyebut kisah ini sebagai bagian dari cerita rakyat urban yang wajar muncul di kota besar seperti Jakarta.
Dr. Yulia Wulandari, dosen antropologi dari salah satu universitas di Jakarta, menjelaskan bahwa kisah seperti ini biasanya muncul sebagai bentuk pengalihan ketakutan kolektif masyarakat terhadap kematian dan tempat gelap seperti kuburan.
“Cerita hantu adalah cara masyarakat membungkus rasa takut menjadi cerita yang bisa dibagikan. Apalagi di Jakarta yang padat dan penuh tekanan, kisah seperti ini bisa jadi semacam pelarian,” ujarnya.
Terlepas dari kebenarannya, kisah Hantu Jeruk Purut tetap menjadi daya tarik tersendiri. TPU Jeruk Purut bahkan pernah menjadi lokasi syuting beberapa acara televisi bertema horor dan investigasi supranatural. Tak sedikit pula turis lokal yang sengaja datang hanya untuk melihat suasana malam hari di lokasi tersebut. vipqiuqiu99
Hal ini menunjukkan bahwa cerita rakyat seperti ini bisa memiliki nilai budaya, hiburan, bahkan wisata, selama dikelola dengan bijak dan tidak menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Kisah Hantu Jeruk Purut masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini. Apakah benar ada sosok pastor tanpa kepala yang gentayangan, atau hanya cerita dari mulut ke mulut yang diwariskan antar generasi?
Yang pasti, kisah ini telah menjadi bagian dari budaya urban Jakarta. Menarik untuk disimak, direnungkan, dan mungkin untuk sebagian orang dicoba sendiri kebenarannya. Tapi ingat, jika ingin datang ke sana di malam hari, pastikan kalian datang dengan jumlah genap.